Header Ads

LAHAN SAWAH KRITIS HASILKAN MELON BERNILAI EKONOMI 1. 4 MILYAR

Lahan Melon AK


“ umumnya Warga saya berprosi sebagai Petani sawah beberapa diantaranya berkebun, berdagang dan hanya segelintir saja jadi pegawai baik swasta maupun Aparatur Sipil Negara. Kebanyakan Pemuda kami pengangguran, tidak sedikit yang sudah meninggalkan gampong mencoba peruntungan di kota, atau bahkan hingga merantau jauh ke negeri jiran, diantara mereka ada yang pulang dengan keberhasilan ada juga yang tidak. Saya selaku Geuchik pemimpin Gampong dengan beberapa warga akhirnya mencari solusi untuk kemakmuran warga dengan cara menanam melon sebagai peningkatan ketahanan pangan sekaligus penambah penghasilan keluarga.”

Siang itu penghujung Agustus cuaca Gampong Alue Keurinyai masih terasa menyengat membakar kulit, disepanjang  jalan Tani yang saya lewati juga tampak gersang tidak banyak pohon ditemukan sepanjang  jalan menuju lahan melon. Sesekali saya menemukan pohon itupun bukan pepohonan yang tumbuh dipinggir jalan namun pohon-pohon  itu seperti tersembul dari kebun-kebun warga disepanjang jalan yang saya lintasi menuju lahan melon terlihat juga tali temali listrik menjuntai bisa di sentuh oleh siapa saja yang melintas, tidak ada tiang beton atau besi tempat menyangkut temali listrik PLN tersebut.

Setelah lima menit saya menempuh perjalanan tibalah saya dilahan melon milik 21 warga yang secara berkelompok menggarap areal persawahan kritis Gampong setempat menjadi lahan tanam melon. Di sana sudah menunggu Pak Geuchik setempat namanya Rasyidin, perwakannya kecil tidak tua, paruh baya dalam kecil tubunya ternyata geuchik Rasyidin terlihat gesit dan cekatan, tubuh kecilnya dan pendek itu ternyata memiliki ide yang besar untuk menyejahterakan warganya 585 jiwa dan 180 kepala keluarga.

“ umumnya berprosi sebagai Petani sawah beberapa diantaranya berkebun, berdagang dan hanya segelintir saja jadi pegawai baik swasta maupun Aparatur Sipil Negara. Kebanyakan Pemuda kami pengangguran, tidak sedikit yang sudah meninggalkan gampong mencoba peruntungan di kota, atau bahkan hingga merantau jauh ke negeri jiran, diantara mereka ada yang pulang dengan keberhasilan ada juga yang tidak. Saya selaku Geuchik pemimpin Gampong dengan beberapa warga akhirnya mencari solusi untuk kemakmuran warga dengan cara menanam melon sebagai peningkatan ketahanan pangan sekaligus penambah penghasilan keluarga.”

 Di siang yang terik itu saya disambut oleh Geuchik Rasyidin pada sebuah dangau ditengah sawah yang sudah disulap menjadi lahan tanaman melon, dangau itu hanya beratapkan terpal lusuh tampak dibeberapa sudut sudah bocor dan rusak bila hujan turun pasti akan kebasahan, dangau ini tidak seperti dangau pada umumnya di areal persawahan biasanya memiliki tiang tiang penyangga diempat sudutnya sehingga terlihat berdiri kokoh dengan atap rumbia atau seng, tidak demikian dengan dangau di lahan melon ini langsung beralaskan tanah, diatas tanah tersebut digelar karpet  bekas yang juga sudah robek disana-sini namun karena sudah dilipat dan saling berlapis sehingga sudah saling menutupi bolong, saya pastikan bila saja hujan turun pasti lantainya akan basah, untungnya cuaca akhir-akhir ini kering kerontang, maka nyaman lah kami duduk dan mengobrol di dalamnya, sambil sesekali makan sajian melon dari lahan setempat.

 Geuchik Rasyidin memberitahukan kepada saya bahwa ada 75 H areal persawahan di Alue Keurinyai umunya tadah hujan atau lahan kritis, tidak ada irigasi dan waduk penyimpan air, persawahan kami semata-mata berharap hanya pada hujan turun, kemudian baru bisa menggarap, hal serupa juga terjadi di Gampong lainnya di kecamatan Banda Baro, umumnya lahan di sini tadah hujan. Dari 75 H lahan sawah Alue Keurinyai 17 H di diantaranya kami peruntukkan untuk lahan penanaman melon, 4 hektar sudah mulai ditanami dan Alhamdulillah sudah mulai menghasilkan, dalam setahun melon ini bisa empat kali panen. Untuk menanam melon kami juga membutuhkan air. Namun air yang kami butuhkan tidak sebanyak untuk menanam padi sehingga melalui Dana Desa kami sudah berhasil membuat sumur bor sebanyak tiga unit di tiga titik, semula sumur bor ini diperuntukkan untuk tanaman padi namun karena tanggung dan tidak bisa mengairi semua lahan persawahan sehingga kami meyulap lahan kritis ini menjadi lahan tanaman melon, melon tidak membutuhkan air sebanyak yang dibutuhkan untuk menanam padi, sehingga melon menjadi solusi dan sekarang sudah menjadi primadona di Banda Baro.

Untuk bisa menanam seluas 17 hektar lahan yang sudah diperuntukkan untuk melon kami masih membutuhkan 10 unit sumur lagi dengan rincian satu unit sumur bor bisa menkover satu koma tiga hektar lahan, sementara sekarang kami baru bisa memanfaatkan empat hektar dari keseluruhan lahan menyesuaikan dengan ketersedian air yang ada disini dimana hanya bergantung pada tiga unit sumur bor tadi. Kami telah berencana melalui Dana Desa alokasi 2024 ke depan akan membuat sumur bor tambahan di dua titik yang berbeda, ya memang belum terasa cukup namun karena terbatasnya dana dan banyak prioritas sehingga harus pelan-pelan dan bertahap.

Di bawah kelompok BEUSARENA kami telah berhasil mengolah lah empat hektar lahan oleh dua puluh satu anggota. Untuk menanam satu rante saja kami membutuhkan modal dua juta rupiah, harga ini sudah termasuk bibit, pupuk, obat-obatan dan perawatan lainnya. Dalam satu rante kami bisa menanam lima ratus batang melon dengan hasil setiap batang rata-rata dua koma lima kilogram buah dengan harga jual tujuh ribu rupiah perkilonya, dalam satu rante tanam kami bisa menghasilkan delapan juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah setiap panennya, setahun kami bisa panen empat kali bila ditotal kami bisa menghasilkan satu rante melon dalam setahun tiga puluh lima juta rupiah, ini akan jauh lebih produktif dan menghasilkan dibanding menanam padi. Memang jumlah modalnya jauh lebih besar dari menanam padi dikarenakan menanam melon budget paling besar adalah dipemupukan dikarenakan kami masih menggunakan pupuk kimia dengan harga beli dua puluh lima ribu rupiah per kilogramnya, seorang Tenaga Ahli kabupaten yang bernama Nizam juga memiliki pengalaman menanam melon sebelumnya telah mengusulkan ke kami untuk merubah pemupukan dari pupuk kimia ke pupuk organik, dan beliau mau menjadi instruktur bagaimana membuat pupuk organik, tentu saja tawaran ini kami sambut dengan duka cita dan kami rencanakan pelatihannya dalam tahun 2024 mendatang di atas lahan melon ini bersama dua puluh satu anggota kelompok melon.

Geuchik Rasyidin juga memberitahukan kepada saya, setiap kali panen melon para Touke langsung datang beli dan panen di lahan dan selalu dilakukan pada malam hari, hasil melon kami umumnya didistribusikan ke luar Aceh seperti Medan, Batam, dan ada juga diekspor ke Singapore melalui jalur laut Batam-Singapore, demikian menurut Touke yang beli hasil panen melon memberitahukan ke kami, dikarenakan untuk eskspor dan guna dipasarkan ke luar Aceh ke Mart, Swalayan, Supermarket, maka Touke hanya mengambil yang standar bagus menurut Touke, sisanya kami jual di pasar lokal, bahkan ada juga penduduk sekitar dan warga kami beli di sini dengan harga diskon khusus warga, bila dilihat dari pembukuan keuangan dalam tahun ini dari empat kali tanam dan panen melon sudah ada pendapatan lebih dari 1,4 Milyar Rupiah masuk ke Alue Keurinyai, sebuah angka yang sangat membahagiakan kami dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari kami dalam menggapai swasembada pangan dan ketahanan pangan yang berujung pada ketahanan ekonomi keluarga kami.

 

Melon Ak

Selain empat  hektar yang sudah kami tanami melon sekitar dua hektar lagi juga telah dimanfaatkan untuk menanam cabai, kacang, mentimun dan semangka. Keberhasilan Gampong kami Alue Keurinyai dalam budi daya melon telah menggugah beberapa istansi atau dinas pertanian datang ke Gampong kami melihat lahan kami, setelah berkunjung dan memastikan keberadaan melon disini, umumnya mereka menawarkan bibit palawija lainnya selain melon yang sudah sukses kami budidayakan di sini, mereka memberikan bibit bawang merah dan kenaf. Terkhusus kenaf ini sudah ada 5 hektar lahan yang sudah kami tanami, kenaf ini nantinya akan digunakan sebagai pakan ternak digampong kami juga di jual ke luar Gampong.

Alhamdulillah usaha kami penduduk desa akhirnya membuahkan hasil, bukan tidak pernah gagal, bahkan banyak gagal, namun kami menjadikan kegagalan itu sebagai pemicu semangat kami untuk berhasil diwaktu setelah gagal, kami sangat berterimakasih sekali bahwa kebijakan pemerintah dalam bidang ketahanan pangan telah mengantarkan Gampong kami dalam megolah lahan kritis ini yang sebelumnya hanya bisa tanam padi setahun sekali, sekarang berkat Dana Desa kami bisa memnggali sumur bor untuk kebutuhan air lahan kami juga bisa menggunakan dana desa untuk pembelian bibit awal. Semua keberhasilan ini tentunya karena dukungan pemerintah dan warga kami dalam menjaga semangat ingin maju dan mandiri serta terlepas dari jerat kemiskinan._BBB-DII

Diberdayakan oleh Blogger.