Header Ads

Membuat Kerupuk Tidak Sesulit Membuat Pesawat Tempur

Aceh memiliki lahan luas lagi subur,  intensitas hujan tiap tahun cenderung stabil,  mendapat curahan matahari 12 jam sehari dalam sepanjang tahun, berada di garis edar matahari zamrud khatulistiwa,  sungguh sebuah anugerah maha pencipta lagi agung lagi sempurna ciptanNya.


"Adakah bagi kita mengingkari semua nikmat itu? Itu kembali lagi ke manusia itu sendiri"

Kalimat pembuka tersebut diucap oleh dedi saat sedang menjemur kerupuk hasil buatannya sendiri dihalaman rumahnya di gampong Ulee Nyeue Kecamatan Banda Baro Aceh Utara. Dedi juga pemilik brand Cado yang sudah terkenal dengan produk permen coklat.

Dia merasa gelisah sendiri melihat bansa aceh banyak menjadi konsumen pasif bukan produsen aktif walau hanya sebuah produk bernama kerupuk.

Istilah warga disini apa-apa dari medan sumatera utara,  mulai dari besi material bamgunan hingga kebutuhan paling sederhana sebuah rumah tangga didatangkan dari Medan,  padahal hampir semua produk itu ada andil sumber bahan baku dari Aceh.

Lalu ada apa dengan Aceh,  dimana setiap tahun ada 12 trilion lebih uang datang ke Aceh dari APBN. Namun Aceh masih saja terpuruk dari segi ekonomi,  pengangguran dimana mana,  ada Apa dengan Aceh.  Tambah dedy dengan penuh heran.  Kita tidak bodoh kita juga tidak miskin,  lalu kenapa ekonomi kita selalu masih terpengaruh dengan ketokan palu dewan,  ini tidak lain karena kita belum merdeka secara ekonomi,  centra centra produksi rakyat dikebiri,  masyarakat kreatif terabaikan, pemerintah atau instansi berwenang salah sasaran dalam membantu atau menghibahkan peralatan produksi, terkesan asalan saja tidak berdasarkan rasa keadilan namun lebih pada KKNepotisme belaka, hari ini ada berapa peralatan produksi yang telah menjadi besi tua,  akibat dari salah sasaran tersebut.

Membuat Kerupuk Tidak Sesulit Bikin Pesawat Tempur.


Ini semua berkaitan dengan mental,  mental kita kaya,  namun miskin karya. Mental kita seolah olah pemenang perang dari medan tempur yang panjang dan melelahkan, selalu mendahului minta dilayani bak raja padahal menjadi pion saja tidak berjaya,  kita seperti kapas terlalu ringan dan mudah ditiup angin kemana saja padahal sejatinya kita Muslim yang harus kuat dab harusnya lebih mengedepankan akhlakul karimahnya baginda Rasulullah SAW dalam setiap sendi berkehidupan,  bukan malah ingkar.

Krmbali lagi ke Kerupuk, sesungguhnya Membuat kerupuk tentu tidak sesulit membuat pesawat tempur (semua orang tahu itu), dimana harus menguasai tehnologi aero space,  frekuensi,  singnal elektromagnetik,  infrared,  sistem rudal dan pengendalian yang rumit,  kita bahkan kerupuk saja masih harus impor dari Medan,  Masya Allah,  tutup dedi sambil menggelengkan kepala tanda heran campur kesal.



Diberdayakan oleh Blogger.